Manajemen Krisis
Kemampuan manajemen krisis sangatlah diperlukan baik dalam posisi kita sebagai individu maupun professional. Seperti yang kita alami bersama saat ini, dimana dunia sedang berjuang untuk segera keluar dari bahaya ancaman pandemi Covid-19. Banyak negara melakukan lockdown – menutup semua aktivitas. Kota-kota yang awalnya ramai dan penuh dengan aktivitas dan hiruk pikup kehidupan mendadak sepi, sunyi dan bahkan mencekam. Ada pula yang berusaha tenang melakukan alternatif lain seperti memilih mengurangi aktivitas yang memerlukan kontak fisik ataupun keramian dan hanya berfokus pada penerapan social distancing.
Manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius, terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
Perdebatan mengenai mana langkah yang paling tepat masih menjadi perdebatan panas dimana-mana, karena pembatasan secara menyeluruh ataupun hanya mengurangi kontak langsung atau social distancing merupakan kebijakan yang diambil guna me-manage krisis yang terjadi baik yang mengancam keselamatan ataupun bahkan kelangsungan ekonomi sebuah negara.
Tetapi pastinya dibalik kemampuan seorang pemimpin untuk mengidentifikasi, menilai, dan memahami situasi yang sangat serius seperti ini kemudian diharuskan mengambil sebuah keputusan untuk bisa menuju titik pemulihan menjadi sangatlah krusial. Apakah kita pernah mengalami hal seperti ini disituasi yang berbeda? Bagaimana cara kita merespon dan mencegah agar kita tidak salah dalam mengambil keputusan itu?
Sesuai dengan penjelasan di awal mengenai pengertian manajemen krisis dan apa yang dijelaskan dalam lamannya www.binus.ac.id perihal Tahapan Pengelolaan Krisis Manajemen yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
Before the crisis
Dalam tahapan sebelum krisis terjadi perlu dilakukan persiapan agar saatnya tiba orang yang ada di dalamnya tahu apa yang harus dilakukan.
During the crisis
Merupakan tahapan yang terjadi ketika krisis sudah terjadi dan mulai melibatkan pihak-pihak untuk mengatasi krisis yang sedang menimpa. Ada tiga bagian yang dilakukan dalam tahapan ini. Yang pertama adalah mengumpulkan. Pada bagian ini manajerial melakukan pengamatan latar belakang terhadap krisis yang terjadi, menetapkan juru bicara, menemukan masalah jangka pendek maupun panjang. Bagian kedua adalah package, dimana pada tahapan ini manajerial menunjukkan informasi yang relevan dengan kondisi krisis yang terjadi, mengatakan yang sejujurnya kepada stakeholder yang mengalami dampak dari krisis, menempatkan diri sebagai pihak yang menjadi korban dari krisis yang dialami, menunjukkan rasa simpati. Bagian ketiga adalah menyampaikan yang merupakan bagian dimana pesan disampaikan secara tepat dan cepat, serta tegas kepada media.
After the crisis
Merupakan tahapan terakhir ketika krisis telah terjadi. Dalam tahapan ini, manajemen melakukan evaluasi atas strategi penanganan krisis yang dilakukan apakah memang memberikan dampak yang signifikan ataukah memang perlu pembenahan. Memberikan ucapan selamat kepada semua pihak karena telah berhasil keluar dari masa krisis, dan terakhir adalah melanjutkan kontrol kembali yaitu dengan melakukan scanning issue yang mungkin akan terjadi lagi.
Ada satu quote penting dari Bob Proctor, “When you are REACT you are giving your power. When you RESPOND you staying in control of yourself.”
Jadi kesimpulannya ialah manajemen krisis sangatlah penting untuk memberikan kemampuan kepada kita untuk merespon dengan tepat dan sistematis yang diawali dengan kemampuan kita melakukan deteksi awal atau peringatan dini dari kemungkinan terjadinya suatu krisis atau kejadian yang tidak menyenangkan dengan diawali oleh sikap rendah hati, jujur,empati, dan simpati yang tinggi sehingga kepekaan kita akan menjadi lebih tinggi dalam merespon suatu peristiwa yang hasilnya mampu mengambil keputusan ataupun tindakan yang tepat untuk melindungi kepentingan diri dan lingkungannya.