Apakah Kamu Merasa kalau Daring Online Bikin Jadi Bodoh?
Jika Iya, Ada Hasil Studi Dapat Menjelaskan Penyebabnya
Akademi Fajar Benua – Perkuliahan online diambil akibat dari pandemi yang belum usai. Disisi lain, mahasiswa mengeluhkan kesulitan memahami materi kuliah. Jangan berkecil hati dahulu, karena ada penelitian yang menunjukan kuliah online memang menyulitkan mahasiswa
Pandemi Covid-19 memaksa semua kegiatan perkuliahan dilakukan secara online. Kegiatan kampus mulai dibatasi demi mengurangi potensi penyebaran virus. Hal ini berdampak pada perubahan kebiasaan dalam proses perkuliahan. Tentu adanya perkuliaan online menimbulkan pro dan kontra.
Banyak dari mahasiswa mengeluhkan perkuliahan online melelahkan dan menguras pengeluaran lebih banyak. Selain berurusan dengan jaringan internet, mahasiswa mengeluhkan sistem perkuliahan yang nggak kondusif. Suasana kurang kondusif mengakibatkan proses belajar jadi terganggu.
Masalah lain yang dikeluhkan dari kuliah online adalah materi kuliah sulit dipahami. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa kuliah selama pandemi sia-sia karena nggak dapat ilmu sama sekali. Disisi lain terdapat penelitian yang menyatakan bahwa kuliah online bikin mahasiswa jadi bodoh jika dibandingkan kuliah tatap muka seperti pada umumnya.
Masalah lain yang dikeluhkan dari kuliah online adalah materi kuliah sulit dipahami. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa kuliah selama pandemi sia-sia karena nggak dapat ilmu sama sekali. Disisi lain terdapat penelitian yang menyatakan bahwa kuliah online bikin mahasiswa jadi bodoh jika dibandingkan kuliah tatap muka seperti pada umumnya.
Lalu mengapa ini bisa terjadi?
Membaca secara online menghilangkan kemampuan mengingat (memori)
Sebuah studi berjudul Reading linear texts on paper versus computer screen: Effects on reading comprehension menyatakan ketika seseorang membaca cerpen secara fisik (kertas) dapat meningkatkan daya ingat dariapada membaca lewat laman elektronik. Anne Mangen, selaku ketua tim peneliti berpendapat otak manusia bisa memakai isyarat fisik seperti letak halaman buku, lokasi peletakan buku yang dapat membantu proses mengingat.
“Ketika membaca buku fisik, jari tangan bisa merasakan tumpukan halaman bertambah dari sisi kiri dan tumpukan halaman berkurang dari sisi kanan.” Mengutip pernyataan Mangen dari The Guardian
Pengalaman ini nggak didapatkan ketika membaca buku online karena nggak tercipta sentuhan fisik seperti membalikan halaman buku.
Kuliah online menyulitkan mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan kompleks
Pada tahun 2006 dan 2012, Finlandia mengalami penurunan kualitas pendidikan lewat skor PISA. Salah satu dugaan penyebab menurunnya skor PISA adalah peningkatan sistem pembelajaran menggunakan layar kaca dan dilakukan secara online.
Pasi Shalberg, selaku akademisi dan pengamat kebijakan mengatakan kepada Washinton Post bahwa sistem belajar yang menghabiskan waktu menatap layar dan berselancar di internet menyebabkan anak-anak kesulitan konsentrasi dalam penyelesaian masalah, khususnya permasalahan matamatika dan sains.
Pernyataan Shalberg diperkuat dengan tes PISA oleh anak perempuan dan lakii-laki di Finlandia. Anak perempuan menikmati membaca buku dibandingkan laki-laki, sedangkan pertanyaan tes PISA membutuhkan kemampuan membaca dengan baik. Dari situ disimpulkan bahwa anak perempuan lebih unggul daripada laki-laki pada kemampuan membaca, matematika dan sains.
Kuliah online melemahkan kemampuan interpersonal mahasiswa
Interpersonal merupakan kemampuan manusia untuk mengenali, mengindentifikasi dan berkomunasi dengan manusia lainnya baik dalam kelompok atau antar individu. Orang dengan kemampuan interpersonal baik dapat menciptakan hubungan yang baik dan relasi yang kuat.
Kemampuan interpersonal dapat tumpul ketika sudah bersentuhan dengan teknologi. Ketika manusia menggunakan teknologi sebagai media pekerjaan, maka kemampuan interpersonalnya menumpul karena jarang melakukan interaksi dengan manusia.
Peter Frost, selaku professor psikologi dari Southern New Hampshire University mengutarakan pendapatnya di Concord Monitor Report. Ia berpendapat kemampuan konitif mahasiswa menjadi lemah ketika belajar menggunakna teknologi tetapi hal tersebut belum dipelajari lebih lanjut. Senada dengan pendapatnya, ia dapat menghitung salah satu sisi efek dari penggunaan smartphone”
Lewat penelitian yang dilakukan Frost, ia menemukan kesimpulan bahwa mahasiswa yang sering menggunakan smartphone dapat meningkat kemampuan observasi dan penyaringan informasi kredibel, namun disaat yang sama melemahkan kemampuan probelm solving sosial. Dengan kata lain, teknologi melemahkan kemampuan interpersonal namun meningkatkan penyaringan informasi.
Mahasiswa kehilangan sebagian kemampuan kognitifnya akibat pemberlakuan kuliah online
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Association for Consumer Research melakukan pengujian kemampuan konsentrasi untuk kemampuan otak untuk menahan dan memproses data pada mahasiswa. Para sukarelawan diminta untuk menonaktifkan HP dan mematikan nada getar lalu menyuruh mahasiswa menyimpannya.
Hasil tes menunjukan jika HP berada di tempat lain sehingga mahasiswa dapat fokus pada tugasnya masing-masing. Efeknya berbeda jika HP dalam keadaan aktif dan notifikasi menyala. Notifikasi menyala membuat kemampuan kognitif terbatas sehingga menguras energi lebih dari biasanya.
Dari semua penelitian tersebut menunjukan indikasi yang terjadi ketika melakukan perkuliahan secara online. Disatu sisi dapat menghemat waktu namun menghilangkan kemampuan kognitif lainnya karena minim interaksi dengan manusia, apalagi dalam masa pembatasan aktivitas akibat Covid-19.
Sumber Referensi :
bigthink.com | thehealthy.com